MOJOKERTO, Suarakata.id – Pagi itu, Rabu (6/8/2025), di dalam Lapas Kelas IIB Mojokerto, ratusan warga binaan berdiri rapi di lapangan hunian.

Mereka tidak menunggu sidang, tidak pula menunggu kabar keluarga. Mereka menunggu sesuatu yang sederhana tapi sangat berarti.

Hari itu, Kalapas Kelas IIB Mojokerto, Rudi Kristiawan, bersama para petugas turun langsung membagikan baju baru dan perlengkapan mandi kepada seluruh warga binaan.

Tak ada biaya, tak ada perbedaan. Semua mendapat bagian yang sama. Satu stel baju oranye dan biru tua, ditambah sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, dan sampo.

Seorang warga binaan tersenyum lebar saat menerima baju barunya. “Rasanya seperti dapat semangat baru. Baju bersih dan perlengkapan mandi lengkap membuat kami lebih nyaman dan percaya diri,” ujar salah satu WBP dengan wajah sumringah.

Mungkin bagi orang luar, baju dan sabun hanyalah kebutuhan biasa. Tapi, di balik tembok Lapas, benda-benda itu jadi simbol. Simbol bahwa masih ada yang peduli.

Kalapas Mojokerto menyampaikan bahwa menjaga kebersihan adalah sebagian dari upaya menjaga kesehatan, kenyamanan, dan harga diri.

“Kami ingin mereka tetap punya semangat hidup. Kami ingin mereka sadar, bahwa di sini mereka tidak dihukum semata, tapi juga dibina agar siap kembali ke masyarakat,” ujarnya di hadapan ratusan WBP.

Pembagian dilakukan dengan tertib dan penuh kehangatan. Para petugas tak hanya membagikan barang, tapi juga memberi senyum dan sapaan.

Hubungan antara petugas dan warga binaan terasa lebih manusiawi, lebih akrab.

Di tengah keterbatasan, kegiatan ini jadi oase. Bukti bahwa pembinaan tidak hanya lewat aturan, tapi juga lewat perhatian kecil yang bermakna.

Kalapas Mojokerto memastikan kegiatan seperti ini akan terus berlanjut, sebagai bagian dari pemenuhan hak dasar warga binaan. “Lapas bukan akhir segalanya. Tempat ini adalah awal dari perubahan,” tambahnya. (*)