LOMBOK, Suarakata.id – Suasana pagi di Lombok Timur terasa hangat, meski udara masih menyimpan sisa sejuk malam. Aula yang menjadi pusat kegiatan dipenuhi tamu undangan dari berbagai kalangan pejabat, relawan, hingga masyarakat desa yang peduli akan misi kemanusiaan.

Di barisan depan, hadir Deputi Bidang Bina Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Moh. Barokna Haulah, bersama jajaran penting seperti Anggota Komisi V DPR RI H. Abdul Hadi, Gubernur Nusa Tenggara Barat, hingga Bupati Lombok Timur.

Acara dimulai dengan lantunan pantun yang memecah suasana formal menjadi hangat. Acara yang bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pencarian dan Pertolongan Tahun 2025” berjalan lancar.

Bupati Lombok Timur, H. Haerul Warisin, membuka rangkaian sambutan dengan menegaskan pentingnya kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi bencana. “Di wilayah yang memiliki potensi rawan seperti kita, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan Basarnas adalah kunci,” ujarnya.

Disusul oleh Anggota Komisi V DPR RI, H. Abdul Hadi, yang menekankan dukungan legislatif bagi penguatan kapasitas SAR. Puncaknya, Deputi Moh. Barokna Haulah memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan secara resmi.
“Kekuatan SAR bukan hanya di tangan petugas, tetapi juga di hati masyarakat yang siap bergerak,” tegasnya.

Momen simbolis penyematan tanda peserta dan penyerahan cenderamata menjadi jeda hangat sebelum penayangan video operasi SAR di Gunung Rinjani.

Layar menampilkan cuplikan nyata perjuangan tim Basarnas menembus medan sulit demi menyelamatkan nyawa.

Sejumlah instansi dan organisasi yang terlibat dalam operasi tersebut menerima piagam penghargaan, bentuk apresiasi atas kerja sama lintas sektor.

Setelah sesi foto bersama, kegiatan berlanjut ke dua agenda utama. Pertama, Pelatihan Teknis SAR yang diikuti 100 peserta dari instansi terkait kedaruratan, unit-unit SAR masyarakat, dan potensi SAR Rinjani.

Pelatihan ini fokus pada keterampilan lapangan seperti teknik evakuasi, navigasi medan, dan penggunaan peralatan penyelamatan.

Kedua, Workshop Pemberdayaan Masyarakat diikuti 80 peserta dari perwakilan desa, pemerintah daerah, dan instansi terkait.

Di sini, materi lebih banyak membahas strategi kolaborasi, pembentukan jejaring relawan, dan peran aktif masyarakat dalam mencegah serta merespons bencana.

Bagi Basarnas, kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pelatihan tahunan, melainkan investasi jangka panjang. Lombok Timur, dengan potensi bencana alam seperti gempa, longsor, dan kecelakaan wisata alam, membutuhkan pasukan SAR yang terlatih sekaligus dukungan masyarakat yang teredukasi.

“Harapannya, setelah pulang dari sini, peserta membawa semangat baru dan pengetahuan yang bisa diterapkan langsung di lapangan,” kata salah satu pemateri. (*)