LOMBOK, Suarakata.id – Di kaki megahnya Gunung Rinjani, kesunyian Sembalun sejenak berubah menjadi arena latihan penyelamatan. Inilah ikhtiar nyata Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dalam menanamkan kesadaran dan kesiapsiagaan di tengah masyarakat rawan bencana.

Selama dua hari, 4–5 Agustus 2025, sebanyak 102 peserta yang terdiri dari potensi SAR dan masyarakat lokal, ditempa melalui program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pencarian dan Pertolongan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Deputi Bina Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan, Moh. Barokna Haulah, pada Senin (4/8).

Hari pertama diisi dengan teori dan pemahaman dasar, mulai dari penanganan cidera, perdarahan, hingga teknik pemindahan korban.

Hari kedua adalah panggung nyata, praktik lapangan menyimulasikan evakuasi korban dalam medan sulit, seolah menggambarkan skenario sesungguhnya ketika bencana datang tak terduga.

Instruktur berpengalaman dari Kantor Basarnas Mataram, seperti I Kadek Agus, ikut membagikan ilmu.

Ia menegaskan pentingnya pelatihan ini sebagai langkah strategis membentuk potensi lokal yang terlatih sesuai standar nasional dalam penanganan kondisi darurat.

“Pelatihan ini investasi jangka panjang. Ketika bencana datang, masyarakat harus jadi garda terdepan sebelum bantuan datang. Maka mereka harus tahu caranya dengan benar, cepat, dan aman,” tegas Kadek.

Bangun Masyarakat Siaga, Perkuat Ketahanan Bangsa

Simulasi besar menjadi penutup kegiatan. Satu per satu peserta memperagakan teknik evakuasi korban di jalur pegunungan.

Ada semangat di mata mereka, ada tekad di langkah mereka. Bukan semata belajar, tapi juga bentuk kecintaan pada tanah sendiri tanah yang rawan bencana, tapi dipenuhi jiwa-jiwa tangguh.

Kegiatan ditutup dengan penuh apresiasi oleh Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar pengetahuan yang diperoleh tidak berhenti di kelas, namun terus hidup dalam tindakan nyata.

“Kami berharap keterampilan yang dipelajari menjadi modal berharga, bukan hanya saat latihan, tapi juga ketika masyarakat benar-benar membutuhkannya. Medan Gunung Rinjani itu indah, tapi penuh tantangan. Maka, kesiapsiagaan adalah harga mati,” ujarnya.

Melalui program ini, Basarnas meneguhkan komitmennya, membangun masyarakat yang mandiri, sigap, dan peduli.

Pelatihan, ini adalah gerakan sosial yang menanamkan nilai kebersamaan, solidaritas, dan tanggung jawab di wilayah rawan bencana. (*)