Siang itu, Jumat 22 Agustus 2025. Hangat. Akrab. Penuh tawa. Ngopi bareng jadi momen pamungkas Letkol Arm Ketut Wira Purbawan sebagai Komandan Kodim 0812 Lamongan. Silaturahmi dengan Forkopimda dan sobat Bang Takir, jadi penanda, masa jabatan boleh usai, tapi kenangan tetap abadi.
Bupati Lamongan, Dr. H. Yuhronur Efendi, menyebutnya “mitra terbaik”. Ide-idenya? Selalu segar. Selalu untuk Lamongan.
“Beliau pekerja keras. Punya energi yang menular,” ucap sang Bupati. Dan tak sedikit rekanan yang mengaku, belum rela melepasnya pergi.
Dari Dingin, Jadi Menginspirasi
Kesan pertama? Dingin. Pendiam. Cool, kata orang. Tapi itu hanya kulit luar. Karena sekali bicara, yang keluar adalah visi. Sekali bergerak, yang lahir adalah aksi.
Bang Wira bukan hanya tentara. Ia pemimpin. Punya ketegasan prajurit, tapi juga hati yang merangkul.
Di masa lalu, saat masih memimpin Yonarmed 8/Udhata Yudha, ia membangun Pura untuk umat Hindu. Di seberangnya, masjid direnovasi.
“Semua harus nyaman di tempat kerja, apapun keyakinannya. Bangsa ini bhinneka. Tapi tetap satu,” katanya.
Monumen Yudhagusema direnovasi. Aula, gapura, markas dipercantik. Bukan demi estetika. Tapi identitas. Jati diri. Satuan harus punya kebanggaan.
Dari Yonarmed ke Lamongan
Tanggal 17 Juli 2023, ia resmi menjabat Dandim 0812 Lamongan. Dua tahun yang singkat, tapi penuh arti.
Fasilitas kantor dibenahi. Dari blok staf, ruang piket, hingga markas utama.
Tapi gebrakan terbesarnya bernama: Bang Takir. Bang Takir bukan hanya program. Tapi gerakan.
Studio podcast, gym, mart, basecamp, aplikasi digital. Lagu “Aku Bang Takir” diciptakan. Joget khas pun lahir.
Tak berhenti di situ. Lahir pula gerakan Minggu Sehati. Setiap hari punya makna, Senin Berkibar, Selasa Bergelora, Rabu Berempati, Kamis Bersinergi, Jumat Sehati, Sabtu Bersalaman dan Minggu Berziarah
Semuanya mengajarkan satu hal yakni Menjadi prajurit bukan hanya soal fisik. Tapi juga hati.
Monumen dan Kampung Inspirasi
Ia bangun Monumen Sang Garula. Mendirikan Posko Segoboran. Lapangan Arupadatu pun jadi bukti jejaknya.
Tapi yang paling menarik, mungkin kampung-kampung ini: Kampung Pandu di Jotosanur, Kampung Hibernasi di Klagensrampat, Kampung Pancasila di Kendal, Setiap desa punya identitas. Dan itu dibentuk lewat tangan-tangan empati.
Dan yang terakhir impiannya membangun Bukit Tidar dan kolam pancing rakyat akhirnya terealisasi diujung masa jabatannya. Itu semua ia persembahkan untuk masyarakat Lamongan.
Tak Hanya Pembangun, Tapi Juara
Di tengah padatnya aktivitas, prestasinya tak main-main. Peringkat 1 Sesarcab Armed 2005, Peringkat 1 Suspastafyon 2009, Peringkat 1 Suspakorbantem 2012,
Peringkat 1 Diklapa II Armed 2014, Peringkat 1 Diksuspa Intel Strategis 2019.
Sudah ke Brazil. Ke Australia. Tugas ke Papua. Tapi kakinya tetap berpijak di bumi. Tetap sederhana. Tetap membumi.
Sosok yang Turun ke Lapangan
Ia tak hanya memerintah. Ia hadir. Ia mendengar keluhan, menyapa warga, dan menyalami rakyat.
“Infrastruktur yang telah dibangun bagi saya bukan soal bangunan, tapi itu adalah jembatan hati,” ucapnya suatu sore. “Saya cuma ingin, kehadiran saya membawa manfaat.” Itu saja.
Selamat Jalan, Bang Wira
Hari ini, Lamongan melepas satu pemimpinnya. Tapi tidak dengan jejaknya. Tidak dengan warisannya.
Bang Wira tidak hanya sebagai Dandim. Ia adalah pemimpin, sahabat, mitra, dan arsitek kebersamaan.
Usia boleh 42 tahun. Tapi semangatnya tetap 25. Selalu muda. Selalu membangun. Sukses di tempat baru, Letkol Ketut Wira Purbawan. Lamongan akan selalu mengingatmu bukan karena jabatan, tapi karena kebaikan yang kau tinggalkan. (*)
1 Komentar
Mantap. Gas gas