PALU, Suarakata.id — Upaya memperkuat sektor pariwisata Sulawesi Tengah dilakukan melalui Dialog Lokakarya Pengembangan Pariwisata yang digelar di Swis-Belhotel Palu, Selasa (5/8/2025). Mengusung tema “Berani Harmoni, Wujudkan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah yang Berkelanjutan dan Inklusif”
Kegiatan ini menjadi momentum penting merumuskan arah pembangunan pariwisata yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Inisiatif ini digagas oleh kolaborasi tiga pilar strategis: Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Pemerintah Provinsi Sulteng, dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Palu.
Acara ini menjadi ruang konsolidasi lintas sektor. Hadir dalam forum ini sejumlah pejabat pusat dan daerah, antara lain Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi Mohammad Amin Abdullah dan mantan Menpan-RB Abdullah Azwar Anas, Rektor Untad, perwakilan BI Sulteng, dan para pelaku Parekraf.
Acara dibuka langsung oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid. Diskusi panel yang digelar usai pembukaan dimoderatori oleh Wakil Dekan FEB Untad, Dr. Suparman.
Ketua ISEI Sulteng, Muzajir Tombolotutu, menyampaikan komitmennya agar lembaganya tetap menjadi bagian dari solusi pembangunan meskipun dalam keterbatasan anggaran.
“Kami ingin ikut menggerakkan ekonomi Sulawesi Tengah melalui sektor pariwisata,” tegasnya.
Hal itu diamini oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah, Muhamad Ifan Sukarna, yang mengungkapkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 8,69 persen pada triwulan I 2025 jauh di atas rata-rata nasional (4,87%) kontribusi sektor pariwisata masih sangat kecil.
“Sektor pengolahan, terutama nikel, masih mendominasi hingga 39,34 persen PDRB. Sementara sektor akomodasi dan makanan-minuman hanya berkontribusi 2,32 persen,” ungkapnya.
Menurut Ifan, ini menunjukkan bahwa kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Sulteng belum sepenuhnya diolah menjadi nilai ekonomi. Padahal, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki efek ganda yang luas, mulai dari pemberdayaan UMKM, pelibatan industri kreatif, hingga penciptaan lapangan kerja lokal.
Dalam sambutannya, Gubernur Anwar Hafid menyampaikan bahwa infrastruktur merupakan syarat mutlak untuk kemajuan pariwisata daerah. Salah satu fokus utama Pemprov saat ini adalah peningkatan status Bandara SIS Al-Jufri Palu menjadi bandara internasional dan bandara hub untuk kawasan Sulawesi.
“Kalau status bandara naik, otomatis rute maskapai akan mengarah ke Palu. Ini akan membuka pintu bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” ujar Anwar.
Langkah ini juga sesuai arahan Presiden RI agar daerah-daerah memperluas konektivitas melalui bandara internasional. Selain itu, Anwar menekankan pentingnya pembangunan jalan menuju destinasi wisata dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) lokal di sektor ini.
“Objek wisata kita punya, tinggal akses dan kesiapan pelayanannya yang harus dikejar,” tambahnya.
Dialog Lokakarya ini juga membahas pentingnya diversifikasi ekonomi. Ketergantungan terhadap komoditas tambang yang tidak terbarukan, seperti nikel, dinilai harus segera diimbangi dengan penguatan sektor lain yang lebih inklusif dan berkelanjutan salah satunya pariwisata.
Para pembicara sepakat bahwa transformasi ekonomi Sulteng tidak bisa ditunda. Penguatan ekosistem pariwisata mulai dari promosi, SDM, infrastruktur, hingga regulasi yang mendukung menjadi agenda bersama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Dengan semangat “Berani Harmoni,” Lokakarya ini berhasil mengidentifikasi peluang sekaligus tantangan utama sektor pariwisata di Sulawesi Tengah.
Strategi baru akan difokuskan pada pembangunan ekosistem pariwisata yang inklusif, menjangkau pelaku ekonomi lokal, dan mampu menjaga kelestarian budaya serta lingkungan. (*)
Tinggalkan Balasan