SURABAYA, Suarakata.id – Kamis, 17 Juli 2025, langit di atas Lapangan Brawijaya tampak cerah. Tiupan angin lembut mengiringi kibaran Sang Merah Putih yang perlahan naik ke puncak tiang.

Barisan prajurit dan PNS TNI dari tiga matra berdiri tegap, diam, penuh hormat. Suasana hening, khidmat, tapi dalam diam itu, ada pesan kuat yang disampaikan.

Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A., berdiri di atas podium kehormatan.
Wajahnya serius, matanya tajam menatap seluruh barisan.

Bukan hanya membaca amanat Panglima TNI, namun menyelipkan pesan pribadi yang terasa menyentuh dasar jiwa militer: makna sejati dari disiplin.

“Disiplin itu bukan hanya datang tepat waktu atau berdiri tegap. Disiplin itu keputusan, sikap, dan konsistensi menjaga kehormatan seragam yang kita pakai,” tegasnya.

Suara Pangdam terdengar tegas, namun mengalir tenang. Setiap kata yang keluar seperti mengetuk kesadaran para prajurit dan PNS yang mendengarkan.

Wajah-wajah di lapangan pun tampak menyimak dengan penuh perhatian. Ada yang menggenggam tangan lebih erat. Ada yang menunduk singkat, seperti menyerap makna.

Disiplin Bukan Sekadar Rutinitas

Dalam amanatnya, Pangdam menegaskan bahwa disiplin adalah pondasi utama kekuatan TNI.
Tanpa disiplin, keahlian hanya menjadi keterampilan kosong. Tanpa disiplin, loyalitas bisa goyah saat situasi tak menentu.

“Disiplin itu bukan tentang takut dihukum. Tapi tentang komitmen pribadi untuk tetap benar, bahkan saat tidak diawasi,” ungkapnya.

Kalimat itu membuat suasana lapangan seolah membeku. Tak ada satu pun yang bergerak, kecuali angin yang memainkan ujung bendera.

Ketegasan yang Membentuk Karakter

Pangdam Rudy Saladin juga menekankan bahwa disiplin bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga budaya yang harus dibangun bersama.

Ia mencontohkan, dari hal sederhana seperti kehadiran dalam apel, kerapihan seragam, hingga kesiapsiagaan dalam tugas, semuanya adalah bagian dari karakter prajurit sejati.

“Kita harus menjadi contoh, bukan hanya di medan operasi, tapi juga di tengah masyarakat,” ujarnya sambil menatap lurus ke arah barisan. Sebagai pemimpin, ia tidak hanya memberi perintah, tapi membentuk arah.

Upacara bendera 17an itu bukan sekadar agenda rutin. Hari itu, Lapangan Brawijaya menjadi ruang refleksi bersama.

Tatapan para prajurit menguat, tubuh-tubuh yang berdiri tegak seakan berkata: “Kami siap menjaga, dengan disiplin sebagai dasar.”

Langit tetap cerah, tapi suasana menjadi lebih berat, bermakna. Apalagi ketika Pangdam mengakhiri amanat dengan pernyataan tegas:

“Laksanakan perintah Panglima TNI. Jalankan dengan penuh tanggung jawab. Jangan tunda. Jangan lalai,” tegasnya.

Setelah itu, suara genderang mengalun pelan. Barisan bubar perlahan. Tapi kata-kata itu, disimpan dalam kepala dan lebih penting lagi, dalam hati.

Makna di Balik Seragam

Bagi Pangdam V Brawijaya, disiplin adalah wujud dari cinta tanah air. Ia bukan sekadar instruksi, melainkan cara TNI menjaga kepercayaan rakyat.

Upacara 17an kali ini menjadi bukti, bahwa di balik barisan tegap, ada nilai yang terus dihidupkan.

Disiplin bukanlah tujuan akhir, tapi fondasi untuk membangun ketangguhan, loyalitas, dan kehormatan seorang prajurit. (*)