SINGAPURA, Suarakata.id – Di tengah dinamika geopolitik Asia Tenggara yang kian kompleks, langkah Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, menuju jantung kekuatan militer. Singapura menjadi sinyal strategis yang tak bisa diabaikan.

Kamis, 23 Juli 2025, Mayjen Rudy Saladin, didampingi Kapok Sahli Brigjen TNI Singgih Pambudi Arianto dan Asops Kasdam Kolonel Inf Eko Setyawan, mengunjungi Komando Divisi 6 Markas Besar Sense and Strike (6th Division/HQ SS), mempertegas pesan persahabatan yang dibungkus dalam semangat pertahanan kolektif.

Di markas itu, Pangdam disambut oleh Brigadir Jenderal (BG) Anand Sathi Kumar. Tatapan tegas dan senyum diplomatis menyambut dialog hangat yang tak sekadar basa-basi militer.

Mereka bicara taktik, berbagi pandangan tentang transformasi pertahanan, dan pertukaran informasi intelijen yang selama ini jadi denyut nadi stabilitas kawasan.

Di balik meja pertemuan, mengalir visi bersama tentang bagaimana kekuatan darat kedua negara bisa saling mengisi, menyokong kesiapsiagaan menghadapi ancaman regional, dan memperkuat sendi-sendi diplomasi militer.

Lewat program Senior Officer Visit Program (SOPV), kedua negara kembali menegaskan komitmen untuk menjaga Asia Tenggara tetap damai, meski awan ketegangan terus bergulung di beberapa wilayah perbatasan.

Usai dari markas 6th Division, Pangdam melanjutkan lawatan ke pucuk pimpinan Angkatan Darat Singapura. Bertemu dengan Chief of Army, Mayor Jenderal Cai Dexian, pertemuan ini menjadi medan diskusi strategis tentang arah baru kemitraan militer.

Bukan hanya berbicara masa kini, tetapi juga mengantisipasi masa depan. Dari isu teknologi tempur, modernisasi pasukan, hingga skema latihan bersama yang makin intensif dan realistis.

Kedua jenderal sepakat: kerja sama bukan hanya formalitas, tapi kebutuhan. Dalam dunia yang cepat berubah, berbagi pengetahuan militer dan taktik lapangan adalah kekuatan yang tak bisa ditawar.

Pertemuan mereka menjadi simbol bahwa Indonesia dan Singapura tak berjalan sendiri-sendiri, melainkan bergandengan untuk menjaga perdamaian.

Dalam diplomasi ini, bahasa militer menyatu dengan visi kemanusiaan, menjaga keamanan kawasan, mencegah konflik, dan menciptakan tata pertahanan yang tangguh namun adaptif.

Dengan kemitraan yang semakin kuat, Indonesia dan Singapura menegaskan posisinya sebagai penjaga damai yang siap menghadapi dinamika global bersama-sama. (*)