JAKARTA,Suarakata.id — Langkah-langkah kecil terdengar di halaman rumah bercat krem di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Rabu, 13 Agustus 2025, sebuah mobil dinas berhenti di depan gerbang. Dari dalamnya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming turun. Mengenakan kemeja putih, celana hitam dan senyum yang langsung mengembang.
Di teras, seorang pria sepuh berdiri tegak, mengenakan seragam veteran lengkap. Meski tubuhnya kini tidak setegap dulu ketika masih berseragam hijau. Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Wapres ke-6 Republik Indonesia, menyambut dengan langkah mantap.
Di sebelahnya, Ibu Tuti Try Sutrisno, dan putri pertama mereka, Nora Tristyana. Jabat tangan berlangsung lebih lama dari biasanya, disertai tatapan penuh penghormatan.
Pesan dari Istana
Gibran datang membawa pesan dari Presiden Prabowo Subianto : generasi penerus bangsa harus membangun jembatan komunikasi dengan para pendahulunya. Bukan hanya untuk menghormati sejarah, tapi juga memastikan kesinambungan kepemimpinan nasional.
Di ruang tamu yang dindingnya dipenuhi foto-foto keluarga dan memorabilia perjuangan, perbincangan dimulai. Obrolan mengalir dari nostalgia masa-masa sulit memimpin negeri, hingga tantangan zaman digital yang kini dihadapi generasi muda.
Pada kesempatan ini, Try Sutrisno juga memberikan wejangan berharga terkait pentingnya pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan sebagai fondasi kemajuan bangsa.
“Pendidikan itu pondasi,” kata Try Sutrisno, suaranya mantap meski agak serak.
“Kalau pondasi kuat, rumah bangsa ini kokoh. Begitu juga kesehatan, tak bisa diabaikan.”
Gibran mengangguk pelan, Ia membalas dengan cerita tentang program pemerintah. Percakapan yang awalnya formal berubah menjadi dialog, meski perbedaan usia mereka terpaut empat dekade.
Persatuan di Tengah Dinamika Global
Tak hanya soal program. Keduanya membahas arah besar bangsa: menjaga persatuan di tengah perpecahan wacana dan tarikan kepentingan global.
Try Sutrisno mengingatkan, tantangan di masa damai kadang lebih berat daripada di masa perang.
“Musuhnya tak terlihat,” ujarnya sambil tersenyum tipis. “Bisa masuk lewat budaya, ekonomi, bahkan pikiran.”
Gibran menjawab dengan nada optimistis. Ia percaya generasi muda mampu beradaptasi, asalkan mendapat bimbingan dari mereka yang pernah melewati badai sejarah.
Undangan dan Janji Hadir
Menjelang akhir pertemuan, Gibran menyerahkan sebuah undangan bercetak timbul: Peringatan HUT RI ke-80. Try Sutrisno menerimanya, menatapnya beberapa detik, lalu berkata singkat, “Insya Allah hadir.”
Tak lama kemudian, ia bercerita bahwa dirinya tengah bersiap menghadiri Hari Veteran Nasional, sebuah momentum yang ia anggap penting untuk menjaga semangat juang generasi muda.
Pertemuan singkat itu mematri pesan yang tak tertulis: kepemimpinan tidak hanya soal siapa yang memegang jabatan, tapi bagaimana nilai-nilai dan pengalaman bisa diwariskan. (*)
Tinggalkan Balasan